Home | Looking for something? Sign In | New here? Sign Up | Log out

Kamis, 11 November 2010

Cari Keramik yang Nyeni ke Kasongan

/ On : 19.12/ Terimakasih atas kunjungannya, di BLOG saya yang sederhana ini. Semoga bermanfaat meski tidak sebesar yang Anda harapakan. untuk itu, kritik, saran serta komentar untuk kemajuan blog ini ke depan sangat saya tunggu. Jika Anda ingin berdiskusi atau memiliki pertanyaan seputar artikel di blog ini, silahkan hubungi saya via e-mail.
gambar 1

Satu lagi desa wisata di Jogja yang harus dan wajib kita kunjungi apabila pergi ke Jogja. Desa tersebut adalah Kasongan. Kasongan merupakan desa yang terletak di daerah rendah bertanah gamping di Pedukuhan Kajen, Bangunjiwo, Bantul, Jogjakarta. Sekitar 8 km kearah selatan daya dari pusat kota Jogja. Atau sekitar 15 – 20 menit dengan berkendara dari pusat kota.

Keunikan desa ini adalah, desa ini merupaka sentra industry kerajinan gerabah  yang terbuat dari tanah liat (lempung). Hampir semua penduduknya mampu membuat perkakas, perabot dan souvenir dari tanah liat. Kawasan ini merupakan wilayah pemukiman para pembuat barang-barang kerajinan berupa perabotan dapur dan juga beraneka macam barang-barang sejenisnya yang sebagian besar menggunakan tanah liat sebagai bahan baku.

Hasil kerajinan dari gerabah yang diproduksi oleh Kasongan pada umumnya berupa guci dengan motif (burung merak, naga, bunga mawar dan banyak lainnya), pot berbagai ukuran dari kecil hingga besar), souvenir, pigura, hiasan dinding, perabotan seperti meja, kursi, dan lain-lain. Namun kemudian produknya berkembang bervariasi meliputi bunga  tiruan dari daun pisang, perabotan dari bambu, topeng-topengan dan masih banyak yang lainnya. Hasil kerajinan tersebut berkualitas bagus dan telah diekspor ke mancanegara seperti eropa dan Amerika. Biasanya desa ini sangat ramai dikunjungi oleh wisatawan yang berkunjung ke Yogyakarta.

Sejarah Unik Desa Kasongan
gambar 2
Kasongan pada mulanya adalah tanah pesawahan milik penduduk desa di selatan Jogjakarta. Pada masa kolonial di Indonesia, di daerah pesawahan milik salah satu warga tersebut ditemukan seekor kuda yang mati. Kuda tersebut diperkirakan milik Reserse Belanda. Karena saat itu Masa Penjajahan Belanda, maka warga yang memiliki tanah tersebut takut dan segera melepaskan hak tanahnya yang kemudian tidak ada yang mengakuinya lagi.

Ketakutan serupa juga terjadi pada penduduk lain yang memiliki sawah di sekitarnya yang akhirnya juga melepaskan hak tanahnya. Karena banyaknya tanah yang bebas, maka penduduk desa lain segera mengakui tanah tersebut. Penduduk yang tidak memiliki tanah tersebut kemudian beralih profesi menjadi seorang pengrajin keramik yang mulanya hanya mengempal-ngempal tanah yang tidak pecah bila disatukan. Sebenarnya tanah tersebut hanya digunakan untuk mainan anak-anak dan perabot dapur saja. Namun, karena ketekunan dan tradisi yang turun temurun, Kasongan akhirnya menjadi Desa Wisata yang cukup terkenal.

Sejak tahun 1971 - 1972, Desa Wisata Kasongan mengalami kemajuan cukup pesat.  Sapto Hudoyo (seorang seniman besar Yogyakarta) membantu mengembangkan Desa Wisata Kasongan dengan membina masyarakatnya yang sebagian besar pengrajin untuk memberikan berbagai sentuhan seni dan komersil bagi desain kerajinan gerabah sehingga gerabah yang dihasilkan tidak menimbulkan kesan yang membosankan dan monoton, namun dapat memberikan nilai seni dan nilai ekonomi yang tinggi. Keramik Kasongan dikomersilkan dalam skala besar oleh Sahid Keramik sekitar tahun 1980-an.


0 komentar:

Posting Komentar

Populer

Pengikut