Home | Looking for something? Sign In | New here? Sign Up | Log out

Selasa, 23 November 2010

Tamasya ke Stasiun Lempuyangan



Lempuyangan selama ini dikenal sebagai stasiun yang hanya melayani angkutan Kereta Api Ekonomi ini, ternyata memiliki sejarah dan peranan yang amat penting bagi perkembangan perkeretaapian di kota.

Lempuyangan diresmikan pada pada 2 Maret 1972, oleh Gubermen pemerintah Hindia Belanda. Saat itu pula menjadi titik awal hadirnya kereta api di wilayah nusantara, khususnya di Yogyakarta. Ketika itu stasiun lempuyangan hanya melayani rute Yogyakarta-Semarang. 15 tahun kemudian barulah muncul stasiun Tugu dengan rute yang lebih banyak lagi.

Sebelum pemerintah Hindia Belanda meresmikan dan menyetujui Undang-Undang pembangunan jalan KA di pulau Jawa, sebuah perusahaan KA swasta asal Belanda bernama 'NV Nederlandsch-Indische Spoorweg Maatschappij' atau NISM telah membangun rel sepanjang 26 kilometer dengan rute Kemijen, Semarang-Tanggung, dan Grobogan. Setelah bisnisnya merugi NISM kemudian meminta pemerintah Hindia Belanda melanjutkan pembangunan rel sepanjang 166 km menuju Yogyakarta. Sehingga pada masa itu, Stasiun Lempuyangan tercatat sebagai salah satu stasiun yang menjadi bagian dari sejarah terbentuknya jaringan rel kereta api di Pulau Jawa. 

Saat ini stasiun Lempuyangan dikelola olah PT Kereta Api Daerah Operasi (DAOP) VI Yogyakarta. Selain melayani datang dan perginya kereta ekonomi, seperi Progo dari Jakarta-Jogya dan sebaliknya ataupun sejumlah kereta ekonomi dari Bandung dan Surabaya, Stasiun Lempuyangan juga melayani kereta Prambanan Ekspres (Prameks) yang rutin melayani rute Jogja-Solo.

Stasiun Lempuyangan saat ini juga seringkali digunakan oleh warga sekitar untuk refreshing bersama keluarga saat sore. Banyak pedagang mainan dan makanan berjualan di tempat yang aman, namun bisa melihat lalu lintas kereta. Di tempat itu para warga bersama keluarga menikmati eksotiknya kereta api yang lalu lalang di stasiun.

Sangatlah tepat jika Stasiun Lempuyangan dikatakan sebagai salah satu warisan sejarah kota Jogja yang harus dilestarikan. Karena tanpanya, mungkin saja, perkembangan perkeretaapian di Pulau Jawa tidak akan sepesat seperti saat ini. 

Jumat, 19 November 2010

Foto Update Pasca Letusan Merapi

bencana merupakan salah satu bentuk cinta Allah terhadap hamba-Nya. Rasulullah saw bersabda: “…apabila mencintai suatu kaum, Allah menguji mereka. Jika (dengan ujian tersebut) mereka ridha, maka Allah pun memberikan keridhaan-Nya. Dan siapa yang marah (tidak ridha), maka Allah pun marah terhadapnya.” (HR. Turmudzi dan Ibnu Majah)

(Semoga seluruh korban bencana alam akibat gunung meletus Merapi bisa diberikan ketabahan dan kekuatan untuk kembali bangkit. Ptay for Indonesia)


seorang relawan tengah melakukan evakuasi, namun seringkali evakuasi harus di pending karena tiba-tiba 'wedhus gembel' datang dari puncak Merapi.

suasana wilayah sekitar Merapi yang dipenuhi abu vulkanik.

Sungai-sungai yang dipenuhi material gunung merapi serta kayu-kayu akibat terjamham wedhus gembel 

Pemakaman massal korban keganasan Merapi.

Sepasang sandal yang menjadi saksi terjangan wedus gembel

Puncak merapi dilihat dari darah kinahrejo pasca letusan Merapi. 

Evakuasi oleh tim SAR Jogja.

Seseorang yang mencoba memanfaatkan suasana untuk mencuri di rumah-rumah warga, berhasil ditangkap dan dihakimi warga korban letusan merapi.

Bukit-bukit yang dulu hijau kini habis dan tertutup abu.

Relawan (dokter hewan) melihat kondisi sapi warga lereng Merapi.


Erupsi Merapi dilihat dari pesawat.

Banyak petani gagal panen.

Evakuasi 1

Evakuasi 2

Rumah warga setelah terjangan wedus gembel

Sumber foto: www.boston.com

Rabu, 17 November 2010

Mengenang Jenderal Sudirman di Museum Sasmita Loka

Museum Sasmita Loka merupakan tempat untuk memugar kenangan tentang sosok pejuang kemerdakaan, sekigus sosok pahlawan nasional yaitu Jenderal Sudirman. Namun, perlahan keberadaan museum ini mulai di tinggalkan. Sedikit sekali pengunjung yang datang untuk belajar dan mengenang pemimpin perang gerilya ini. Museum in terletak di jalan Bintaran Yogyakarta dan merupakan bekas rumah kediaman Panglima Besar Jendral Sudirman, jendral pertama dalam angkatan Bersenjata Republik Indonesia.

Dalam museum ini, para pengunjung dapat menyaksikan berbagai senjata api (diantaranya merupakan senjata api buatan sendiri) dan berbagai peralatan perang lain yang dipergunakan dalam revolusi phisik menghadapi musuh-musuh Negara. Sejak tanggal 30 Agustus 1982, kediaman resmi Jendral Soedirman ini diabadikan sebagai sebuah museum  yang dinamakan Museum Sasmitaloka Panglima Besar Jenderal Soedirman di bawah pengelolaan TNI Angkatan Darat.
Seperti kembali ke masa lalu, mungkin inilah kesan pertama yang bisa kita rasakan. Satu set meja dan kursi kuno tertata di ruang tamu yang masih berlantaikan keramik tempo dulu. Seperti rumah pada umumnya, bangunan ini dilengkapi dengan sejumlah kamar. Jika kita melihat dengan teliti, di atas setiap pintu kamar terpasang tulisan nomer dan nama ruangan yang sudah diurutkan. Hal ini memudahkan kita untuk menjelajahi kediaman Jenderal Soedirman.
Dari ruang tamu, kita diajak untuk memasuki ruang santai. Di dalamnya terdapat meja kursi kuno dan juga berbagai piagam penghargaan Panglima Besar Soedirman. Koleksi rampasan pistol Mitraliur Sten buatan Inggris 1845, senapan Lee Enfield buatan Inggris, pedang Samurai akan menyita perhatian begitu kita memasuki ruang kerja yang juga memajang telpon kuno semasa Sang Jenderal menjabat sebagai Panglima Besar TKR. Di ruang tidur sengaja ditempatkan patung lilin Sang Jenderal, bersebelahan dengan tempat tidur berkelambu putih yang biasa digunakan beliau. Di ruangan ini pula masih tersimpan koleksi mesin jahit yang dipergunakan sehari-hari oleh Ibu Soedirman untuk menjahit atau membenahi baju milik Jenderal Soedirman. Foto-foto keluarga, foto istri dan masa kecil putra putri Jenderal Soedirman terpajang di sebelah ruang tidur.
Secara keseluruhan, Museum Sasmitaloka ini dikelola dengan sangat baik. Nampak dari penataan dan terawatnya benda-benda bersejarah, perabotan pribadi juga koleksi peralatan makan seperti keramik-keramik kuno. Bahkan tandu yang digunakan untuk mengusung Jenderal Soedirman pada tahun 1948 – 1949 masih tersimpan. Kebersihan tiap-tiap ruangannyapun tetap terjaga. Ada juga fasilitas pendukung seperti toilet. Selain benda-benda yang menjadi saksi sejarah perjuangan Jenderal Soedirman, berbagai diorama heroik pertempuran merebut kemerdekaan juga melengkapi koleksi Museum Sasmitaloka. Alangkah lebih baiknya jika pengunjung juga bisa mendengarkan narasi pertempuran dari diorama-diorama tersebut sehingga suasana peristiwa pertempuran dan kobaran semangat juang saat itu lebih dapat dirasakan.
Jam buka museum:
Senin – Jumat            : 08.00 – 14.00 WIB
Sabtu – Minggu         : melayani rombongan dengan pemberitahuan terlebih dulu
Harga tiket masuk     : gratis

Jumat, 12 November 2010

Jalan-jalan dan Belajar Membatik di Museum Batik

Museum batik Jogja, merupakan museum batik pertama yang berdiri di Jogja bahkan mungkin di Indonesia. Adalah Hadi Nugroho pemilik museum sekaligus penggagas berdirinya museum ini. Museum swasta ini terletak di Jln Dr. Sutomo, kota Jogja, seluruh bangunan dan isinya dikelola oleh pasangan suami istri Dewi Hadi Nugroho. Museum ini diresmikan pada tanggal 12 Mei 1977, disaksikan oleh Kanwil P&K Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.

Museum Batik ini berdiri di atas area seluas 400 m2 dan sekaligus dijadikan tempat tinggal pemiliknya. Museum batik ini juga pernah mendapatkan anugerah penghargaan MURI pada tahun 2000 yang lalu, atas ‘Sulaman Terbesar’, batik berukuran 90 x 400 cm2. Kemudian pada tahun 2001 museum batik ini mendapatkan penghargaan MURI lagi sebagai pemrakarsa berdirinya Museum Sulaman pertama di Indonesia.

Saat ini, sudah lebih dari 1.200 koleksi batik yang terdiri dari 500 lembar kain batik tulis, 560 batik cap, 124 canting (alat pembatik), 35 wajan serta bahan pewarna termasuk malam. koleksi di museum ini terdiri dari berbagai gaya batik Yogyakarta, Solo, Pekalongan dan gaya tradisional dalam bentuk kain panjang, sarung, dan sebagainya.

Beberapa koleksinya yang terkenal antara lain: Kain Panjang Soga Jawa (1950-1960), Kain Panjang Soga Ergan Lama (tahun tidak tercatat), Sarung Isen-isen Antik (1880-1890), Sarung Isen-isen Antik (kelengan) (1880-1890) buatan Nyonya Belanda EV. Zeuylen dari Pekalongan, dan Sarung Panjang Soga Jawa (1920-1930) buatan Nyonya Lie Djing Kiem dari Yogyakarta. Semua koleksi yang ada dalam museum ini diperoleh dari keluarga pendiri Museum Batik Yogyakarta. Koleksi tertuanya adalah batik buatan tahun 1840.

Namun, demikian animo masyarakat untuk datang dan belajar di museum batik ini masih kurang. Hal ini dirasakan oleh pengelola museum, meski setiap hari buka dari pukul 09.00 sampai 12.00 WIB berlanjut 13.00 hingg 15.00 (kecuali Minggu dan hari besar), pengunjung masih kurang.

Untuk itu penting dalam menginformasikan museum ini agar generasi selanjutnya masih menikmati keindahan batik yang merupakan tradisi luhur dari kakek-buyut kita. Selain itu, datang ke museum batik juga akan menambah pengetahuan kita tentang dunia perbatikan. Ayo ramai-ramai ajak saudara dan sahabat menyinggahi dan belajar batik di museum ini.


Kamis, 11 November 2010

PENTING! PETA DAERAH PERSEBARAN LAHAR DINGIN MERAPI

PETA DAERAH PERSEBARAN LAHAR DINGIN DI  SUNGAI-SUNGAI 
YANG BERHULU DI GUNUNG MERAPI




Cari Keramik yang Nyeni ke Kasongan

gambar 1

Satu lagi desa wisata di Jogja yang harus dan wajib kita kunjungi apabila pergi ke Jogja. Desa tersebut adalah Kasongan. Kasongan merupakan desa yang terletak di daerah rendah bertanah gamping di Pedukuhan Kajen, Bangunjiwo, Bantul, Jogjakarta. Sekitar 8 km kearah selatan daya dari pusat kota Jogja. Atau sekitar 15 – 20 menit dengan berkendara dari pusat kota.

Keunikan desa ini adalah, desa ini merupaka sentra industry kerajinan gerabah  yang terbuat dari tanah liat (lempung). Hampir semua penduduknya mampu membuat perkakas, perabot dan souvenir dari tanah liat. Kawasan ini merupakan wilayah pemukiman para pembuat barang-barang kerajinan berupa perabotan dapur dan juga beraneka macam barang-barang sejenisnya yang sebagian besar menggunakan tanah liat sebagai bahan baku.

Hasil kerajinan dari gerabah yang diproduksi oleh Kasongan pada umumnya berupa guci dengan motif (burung merak, naga, bunga mawar dan banyak lainnya), pot berbagai ukuran dari kecil hingga besar), souvenir, pigura, hiasan dinding, perabotan seperti meja, kursi, dan lain-lain. Namun kemudian produknya berkembang bervariasi meliputi bunga  tiruan dari daun pisang, perabotan dari bambu, topeng-topengan dan masih banyak yang lainnya. Hasil kerajinan tersebut berkualitas bagus dan telah diekspor ke mancanegara seperti eropa dan Amerika. Biasanya desa ini sangat ramai dikunjungi oleh wisatawan yang berkunjung ke Yogyakarta.

Sejarah Unik Desa Kasongan
gambar 2
Kasongan pada mulanya adalah tanah pesawahan milik penduduk desa di selatan Jogjakarta. Pada masa kolonial di Indonesia, di daerah pesawahan milik salah satu warga tersebut ditemukan seekor kuda yang mati. Kuda tersebut diperkirakan milik Reserse Belanda. Karena saat itu Masa Penjajahan Belanda, maka warga yang memiliki tanah tersebut takut dan segera melepaskan hak tanahnya yang kemudian tidak ada yang mengakuinya lagi.

Ketakutan serupa juga terjadi pada penduduk lain yang memiliki sawah di sekitarnya yang akhirnya juga melepaskan hak tanahnya. Karena banyaknya tanah yang bebas, maka penduduk desa lain segera mengakui tanah tersebut. Penduduk yang tidak memiliki tanah tersebut kemudian beralih profesi menjadi seorang pengrajin keramik yang mulanya hanya mengempal-ngempal tanah yang tidak pecah bila disatukan. Sebenarnya tanah tersebut hanya digunakan untuk mainan anak-anak dan perabot dapur saja. Namun, karena ketekunan dan tradisi yang turun temurun, Kasongan akhirnya menjadi Desa Wisata yang cukup terkenal.

Sejak tahun 1971 - 1972, Desa Wisata Kasongan mengalami kemajuan cukup pesat.  Sapto Hudoyo (seorang seniman besar Yogyakarta) membantu mengembangkan Desa Wisata Kasongan dengan membina masyarakatnya yang sebagian besar pengrajin untuk memberikan berbagai sentuhan seni dan komersil bagi desain kerajinan gerabah sehingga gerabah yang dihasilkan tidak menimbulkan kesan yang membosankan dan monoton, namun dapat memberikan nilai seni dan nilai ekonomi yang tinggi. Keramik Kasongan dikomersilkan dalam skala besar oleh Sahid Keramik sekitar tahun 1980-an.


Berwisata ke Desa, Bisa Kok…

Di Jogja masih banyak desa-desa dengan pemandangan dan atraksi budaya daerah yang masih terjaga. Desa-desa ini merupakan asset yang harus dilestarikan sebagai laboratorium dan museum agar bisa dipelajari sekaligus di kembangkan agar tidak punah. Salah satu desa yang bisa kita kunjungi, dan memiliki pesona alami adalah desa agro wisata Turi.

Desa Turi merupakan desa yang masih alami dan terkenal dengan perkebunan salak Pondoh yang merupakan salak asli dari Jogja. Desa Turi terletak di kaki gunung Merapi, yang masih aktif. Abu vulkanik hasil letusan Merapi membuat tanaman seperti salak tumbuh di desa ini.

Produk unggulan sekaligus maskot desa Turi, yaitu salak Pondoh. Salak Pondoh dari X Desa agrowisata Turi ini sudah terdistribusikan hampir ke seluruh wilayah di Indonesia, bahkan sampai di eksport ke Malaysia dan Jepang. Salak ini merupakan tanaman yang unik, dengan bentuk pohon seperti bagian atas pohon kelapa sawit dengan sentuhan sedikit corak pakis, menjadi keunikan tersendiri bila disusun berjajar.
Salak pondoh terkenal dengan buahnya yang kecil dengan daging buah yang kenyal serta manis dan tidak lengket dengan biji salaknya. Rasanya yang manis ini, yang membuat salak pondoh di cari para wisatawan yang ingin membawanya sebagai oleh-oleh untuk keluarga.
Untuk mencapai kawasan pariwisata ini cukup mudah, kita bisa Anda bisa melewati jalan magelang atau melewati jalan monjali trus kemudian jalan palagan tentara pelajar untuk sampai di daerah Desa agro wisata Turi buah, desa turi ini.
Suasana alam yang dingin dan indah akan menghampar di depan mata kita. Banyak pekarangan rumah warga yang ditanami pohon salak pondoh. Dan hampir orang-orang di sana bermata pencaharian sebagai petani salak, serta berternak sapi perah. Desa agro wisata Turi berdiri di lahan seluas 27 hektare. Terdapat juga fasilitas pendukung, seperti tempat bermain anak-anak, pemancingan dan kolam renang. Desa agro wisata Turi ini terletak di Kampung Gadung, Desa Bangunkerto, Kecamatan Turi Kabupaten Sleman.
Wisata ke desa Agro Turi merupakan alternatif pilihan untuk jalan-jalan di Jogja. Selain udaranya yang masih sejuk, orang-orangnya juga ramah tamah. Disini kita juga bisa belajar, karena di desa wisata Agro di Turi terdapat 17 jenis tanaman salak bisa dijumpai di kebun seluas dua hektar tersebut. Mulai dari salak pondoh super, salak pondoh kuning, salak pondoh hitam, salak condet, salak manggala, salak gading, salak bali, salak semeru hingga salak tanonjaya.

Menikmati Malam di Monumen Serangan Umum

Monumen serangan umum sebelas Maret, merupakan prasati tentang serangan penting yang dilancarkan oleh pejuang untuk melawan penjajah, sekaligus bukti kepada dunia internasional bahwa TNI - berarti juga Republik Indonesia - masih ada dan cukup kuat, sehingga dengan demikian dapat memperkuat posisi Indonesia dalam perundingan yang sedang berlangsung di Dewan Keamanan PBB dengan tujuan utama untuk mematahkan moral pasukan Belanda serta membuktikan pada dunia internasional bahwa TNI masih mempunyai kekuatan untuk mengadakan perlawanan.

Monumen ini berada satu kompleks dengan Benteng Vredeburg. Sri Sultan Hamengkubuwono IX, menganggap saat itu Indonesia harus membuktikan kepada dunia luar bahwa walaupun para pemimpin negara Indonesia saat itu ditawan oleh Belanda, bukan berarti pemerintahan Indonesia telah lumpuh. Tapi sebaliknya pemerintah Indonesia masih ada dan TNI masih kuat sehingga dapat mendukung perjuangan RI di sidang Dewan Keamanan PBB yang dilaksanakan pada bulan Maret 1949. Dengan demikian ada beberapa hal yang ingin dicapai dengan adanya serangan ini yaitu selain tujuan militer, juga ada tujuan politis dan tujuan psikologis.

Selain Letkol Soeharto yang menyerang dari sisi Barat sampai batas Maliobor, serangan itu juga dilakukan oleh Ventje Sumual yang juga menyerang dari sekotr barat, Mayor Sardjono menyerang dari sisi timur, Mayor Kusno dari sisi utara, dan dari dalam kota sendiri serangan dipimpin oleh Letnan Amir Murtono dan Letnan Masduki.

Serangan itu dilakukan TNI tersebut didahului dengan menyerang pos-pos yang dibangun Belanda yang tersebar sepanjang jalur utama yang menghubungkan kota-kota yang telah dikuasai Belanda sebagai akibat serangan dan sabotase TNI. Untuk menyerang pos-pos Belanda tersebut TNI melakukan strategi gerilya yang terbukti mampu membuat tentara Belanda kesulitan melawan TNI. Puncak serangan itu sendiri dilaksanakan pada tanggal 1 Maret 1949 pada pukul 06.00. Kota Yogyakarta saat itu berhasil diduduki oleh TNI selama 6 jam sampai dengan pukul 12.00, sesuai dengan apa yang telah direncanakan sebelumnya. Dengan berhasilnya serangan ini (Serangan Umum 1 Maret) maka moril TNI semakin meningkat dan mampu mematahkan propaganda yang dilakukan Belanda yang menyatakan bahwa RI dan TNI telah lumpuh.

Saat malam menjelang, kawasan Serangan Umum ini biasanya akan ramai oleh anak-anak muda yang nongkrong dan sekedar menikmati suasana malam hari di Jogja. Kadang, di tempat ini sering juga ada acara pagelaran music, wayang atau dance yang cukup menghibur. 

Beringharjo, Dunia Kecil Orang Jogja

gambar 1

Orang kota, pasti tak bisa lepas dengan swalayan, mall, dan supermarket yang menyediakan aneka kebutuhan hidup dengan harga murah dan tempat yang bersih dan ber-AC. Kalau orang Jogja tak bisa lepas dengan keberadaan pasar Tradisional yang masih berdiri dan eksis sampai sekarang. Bukan berarti orang jogja tak modern, dan anti pasar modern, melainkan ada suasana yang tidak bisa didapatkan saat belanja di pasar tradisional.

Salah satu pasar tradisional yang masih eksis sampai sekarang, adalah pasar Bringharjo. Pasar ini terletak di jalan Malioboro, tepatnya di samping utara benteng Vredeburg. Pasar Beringharjo berasal dari kata Bering (pohon beringin) dan Harjo (kesejahteraan). Mungkin sebelum berdiri pasar Beringharjo, terdapat hutan pohon beringin yang mampu mendatangkan kesejahteraan bagi setiap orang.

Pasar tradisional ini merupakan salah satu tujuan wisata, karena pasar ini menjual berbagai kerajinan warga Jogja, aneka baju batik, aneka jajanan tradisional dan lain sebagainya. Untuk harga, di pasar Beringharjo bisa lebih murah (tergantung bagaimana kelihaian kita menawar saja.

Gambar 2
Menawar di pasar Beringharjo hukumnya adalah wajib. Inilah seni dan pelajaran yang bisa kita dapat ketika belanja di pasar tradisional, karena dengan saling tawar-menawar akhirnya kita bisa mengenal para penjual di pasar Beringharjo. Jangan ragu juga untuk selalu membandingkan harga toko satu dengan lain agar kita bisa mendapatkan harga terrendah.

Di pasar Beringharjo, kita juga bisa berburu jajanan tradisional yang sudah hamper punah. Selain itu, untuk kebugaran dan kesehatan juga ada kios-kios yang menjual jamu tradisional yang siap seduh, atau bisa juga diminum di sana. Pasar ini juga tempat yang tepat untuk berburu barang-barang antik. Sentra barang antic bisa ditemukan di lantai 3 bagian timur, serta di samping sebelah utara pasar.

Jika haus, meminum es cendol khas Jogja adalah adalah pilihan yang tepat. Es cendol Jogja memiliki citarasa yang lebih kaya dari es cendol Banjarnegara dan Bandung. Isinya tidak hanya cendol, tetapi juga cam cau (semacam agar-agar yang terbuat dari daun cam cau) dan cendol putih yang terbuat dari tepung beras. Minuman lain yang tersedia adalah es kelapa muda dengan sirup gula jawa dan jamu seperti kunyit asam dan beras kencur. Harga minuman pun tak mahal, hanya sekitar Rp. 1000 sampai Rp. 2000.

Transport untuk akses ke pasar Beringharjo juga cukup mudah kok?! Kita bisa naik trans dari terminal atau bus kota yang jurusan Malioboro. Kalau dari stasiun tugu kita tinggal berjalan kearah selatan melalui Jalan Malioboro. Selamat Jalan-jalan… 



Rabu, 10 November 2010

Letusan Merapi dari sejarah ke sejarah

Merapi memiliki siklusnya sendiri. Dimana dia akan  memberi kehidupan bagi tumbuhan, binatang serta manusia, dan dia juga bisa mengambil kehidupan yang ada di sekitarnya. Siklus Merapi adalah misteri serta pelajaran berharga tentang kebijaksanaan di negeri rawan bencana. 


Letusan Merapi tahun 1930





Letusan Gunung Merapi pada tahun 1961


Letusan Gunung Merapi pada tahun 1984


Letusan Gunung Merapi pada tahun 1994


Letusan Gunung Merapi pada tahun 2006





Letusan Gunung Merapi pada tahun 2010




Selasa, 09 November 2010

Update Foto Keganasan Erupsi Merapi 5 November 2010

memandang lereng merahmu

menyala membelah gelap malam
bagai permadani terang
duduk diam terkesima
dibelai angin
jiwa lirih tergetar

(merapi by Katon)


Bagi masyarakat Jawa, Merapi bukanlah gunung berapi biasa. Merapi merupakan refleksi sebuah kebersatuan mikrokosmos dan makrokosmos, yang berkesinambungan dan seimbang. Ketidakseimbangan sedikit saja, mampu merusak dan mengacaukan sistem yang sudah terbentuk berjuta-juta tahun. Mampu membangkitkan 'amarah' Merapi yang bisa memporak-poranda, tidak hanya kota Jogja dan sekitar Merapi, namun juga bisa berefek pada dunia. 

Untuk itu marilah kita kembali ke alam. Menyeimbangkan apa yang sudah kita ambil dari alam; tumbuhan, pohon, hewan, daun, tanah dan lain untuk menciptakan keharmonisan kembali. Berlaku lebih arif dan bijaksana dengan alam. Marilah kita jaga pemberian Merapi saat ini yang akan memberikan kehidupan baru.

Foto-foto dibawah adalah penggingat kita, cambuk kita ke depan agar lebih arif memperlakukan alam, khususnya alam Merapi...
















Populer

Pengikut